Kemampuan menganalisis dan mengungkapkan gagasan melalui sebuah tulisan menjadi sesuatu yang sangat mahal bagi para guru Sukma Bangsa. Titik tolak lemahnya kebanyakan ada pada keterbatasan mereka sendiri yang kurang membaca. Kelemahan membaca inilah yang menimbulkan persoalan awal mengapa kemampuan menulis guru, dan berujung pada kemampuan menulis siswa, sangat lemah. Bahasa lisan dalam bentuk instruksi seolah menjadi satu-satunya media pembelajaran yang mampu mereka berikan kepada para siswa.
Penting untuk diketahui para guru bahwa pada umumnya, tulisan dapat dikelompokkan atas empat macam bentuk, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Bentuk tulisan narasi dipilih jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, narasi dapat juga ditulis berdasarkan pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau berbagai peristiwa.
Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulis ingin menggambarkan bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Penggambaran itu mengandalkan pancaindera dalam proses penguraiannya. Tujuan deskripsi adalah membentuk, melalui ungkapan bahasa, imajinasi pembaca agar dapat membayangkan suasana, orang, peristiwa, dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi atau emosi. Pada umumnya, deskripsi jarang berdiri sendiri. Bentuk tulisan tersebut selalu menjadi bagian dalam bentuk tulisan lainnya.
Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin memberikan informasi, penjelasan, keterangan atau pemahaman. Berita merupakan bentuk tulisan eksposisi karena memberikan informasi. Tulisan dalam majalah dan buku teks merupakan bentuk eksposisi. Sedangkan tulisan berbentuk argumentasi bertujuan meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pembaca agar pendapat pribadi penulis dapat diterima. Bentuk argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan fakta-fakta yang tepat sebagai alasan untuk menunjang kalimat topik (thesis sentence), seperti ditemui dalam kolom opini/wacana/ gagasan/pendapat. Azwar Anas lebih banyak mengekspresikan gagasannya melaui jenis Deskripsi dan Eksposisi terhadap pengalaman yang berkembang dan didapatkan dari interaksinya dengan situasi dan kondisi tertentu.
Kedua jenis tulisan dalam buku ini sebenarnya sedang berbicara tentang insipirasi menulis dan menuliskan inspirasi. Inspirasi menulis lebih banyak datang dari sisi penulis karena memperoleh inspirasi pada saat yang dibutuhkan. Inspirasi bisa datang dari apa saja, seperti bahan bacaan, situasi, pengalaman, fakta, benda mati, hingga khayalan. Jika kita bertanya kepada para penulis, hal-hal apa saja yang biasanya menginspirasi mereka dalam menulis, jawabannya pasti sangat banyak dan beragam, sebanyak corak dan gaya berpikir seseorang. Pendek kata, inspirasi untuk menulis hanya bisa dikatakan inspiratif jika memang benar-benar ditulis.
Selain itu ada keahlian tertentu dari para penulis tentang bagaimana sebaiknya menuliskan inspirasi. Menurut saya menuliskan inspirasi biasa dilakukan oleh para penulis biografi tokoh tertentu. Dengan keahlian mengelola kata dan emosi, penulis jenis ini biasanya menjadi lebih terinspirasi dengan plot dan cerita yang dibangun berdasarkan kisah hidup sang tokoh yang akan ditulis. Mereka bahkan lebih pandai mendeskripsikan kisah menjadi lebih indah dari aslinya, bahkan dari yang dibayangkan oleh si tokoh. Pendek kata, inspirasi menjadi sumber dan bekal utama bagi seorang penulis untuk melahirkan karya tulis yang menarik.
Simak ulasan lengkapnya dalam buku Suara Sang Guru Karya Azwar Anas.






0 komentar:
Posting Komentar