Tempat Belajar dan Berbagi Bersama Tentang Pendidikan

Rabu, 25 Oktober 2023

Veni Vidi Vici: Seni Guru dalam Menaklukkan Pandemi


“Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Sebuah kalimat yang termaktub dengan gagah dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 tersebut mengindikasikan bagaimana besarnya kewajiban pemenuhan pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia. Menyadari akan hal itu, pemerintah kini terus berupaya dalam memenuhi hak belajar bagi setiap siswa dalam keadaan dan kondisi apapun, termasuk saat pandemi seperti sekarang ini. Karenanya berbagai usaha terus dilakukan dalam rangka mengupayakan jalannya roda pendidikan pada setiap sekolah di seluruh penjuru negeri.

Sementara itu, wabah corona yang melanda dunia sejak akhir tahun lalu kian menjangkiti umat manusia. Tak hanya itu, corona dengan segala keganasannya telah melumpuhkan perputaran roda kehidupan normal yang biasanya dilakukan. Akibatnya hampir semua sektor kehidupan harus berubah haluan dan ikut menyesuaikan diri dengan keadaan sekarang. Berbagai aspek kehidupan manusia ikut lumpuh seiring dengan merebaknya wabah tersebut. Tak terkecuali pendidikan yang ikut terkena imbas virus ini, hingga berakibat pada berubahnya roda pendidikan normal untuk sementara waktu.

Menindaklanjuti hal ini, pemerintah kemudian mengeluarkan surat edaran yang meminta sekolah untuk ditutup sementara waktu sebagai upaya pencegahan penyebaran covid-19. Penutupan sekolah kemudian disusul dengan pengahapusan ujian nasional bagi siswa kelas akhir dan rilis kurikulum khusus pelaksanaan pendidikan ditengah pandemi covid-19, hingga pemberian kuota internet pendukung pembelajaran bagi guru dan siswa. Ikhtiar yang dilakukan pemerintah ini merupakan wujud nyata terhadap amanat UUD sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

Disaat pemerintah terus berupaya dengan berbagai langkah demi terwujudnya pemenuhan hak pendidikan siswa ditengah pandemi covid-19, fenomena lain justru terjadi pada guru dan siswa selaku aktor pendidikan. Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akibat dampak corona, membuat guru dan siswa sedikit kelimpungan dan patah arah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai fenomena yang kemudian muncul disaat PJJ pertama kali diberlakukan. Selain membuat siswa merasa tertekan, PJJ juga telah membuat pendidikan di negeri ini kian mengalami kesenjangan. Tidak meratanya akses pendidikan pada setiap daerah disinyalir menjadi landasan kuat pemicu hal ini terjadi. Selain itu para guru juga mengalami “kegalauan” akibat pelaksanaan PJJ secara mendadak. Minimnya kapasitas guru dalam mengelola dan mengawal PJJ membuat pendidikan menjadi semakin surut. Tak dapat dipungkiri, pendidikan selama ini masih cenderung menitikberatkan pada penerapan kelas konvensional, dimana pembelajaran akan berlangsung hanya ketika ada guru dan siswa di dalam kelas. Sebaliknya, pembelajaran mandiri yang bersifat individual sangat jarang dibiasakan, sehingga siswa sebagai subjek pendidikan minim kemandirian dalam mengelola pembelajaran.

Senada dengan permasalahan di atas, guru juga mengalami hambatan yang cukup berarti selama pelaksanaan PJJ. Minimnya kemampuan guru –terutama pada pengintegrasian teknologi dalam pendidikan– membuat PJJ tak dapat terlaksana dengan mulus. Hal ini tidak mengherankan, mengingat selama ini pengembangan kapasitas guru masih hanya sebatas wacana, jika pun dilaksanakan masih dalam hal-hal yang bersifat administratif semata. Sangat jarang ditemukan adanya kegiatan peningkatan kapasitas guru yang bertumpu pada teknis pelaksanaan pembelajaran, serta bagaimana penerapan teknologi dalam pembelajaran. Sehingga ketika sekolah harus ditutup dan guru harus melaksanakan pembelajaran tanpa tatap muka, banyak pihak yang kemudian tidak siap akan hal ini.

Buku ini hadir untuk mengupas dan membahas berbagai fenomena yang terjadi ketika pelaksanaan pendidikan ditengah pandemi covid-19. Berbagai permasalahan yang dialami guru, siswa, dan tentunya orang tua ikut menjadi topik-topik menarik yang disajikan penulis melalui buku ini. Penutupan sekolah dalam waktu panjang sebagai antisipasi penyebaran covid-19 membuat penulis –sebagai guru– ikut menorehkan catatan-catatan pengalaman menjalankan pendidikan yang kemudian dituangkan dalam buku sederhana ini. Semoga catatan sederhana penulis ini dapat menjadi penambah khasanah ilmu pengetahuan bagi para pembaca sekalian, dan tentunya menjadi bahan renungan untuk kemudian kita –para guru dan siswa– melakukan intropeksi dalam rangka memperbaiki pelaksanaan pendidikan kedepan.

Terakhir, buku ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Penulis berharap apa yang tidak sempat dibahas dalam buku ini dapat dipelajari dan ditelusuri dalam buku lain, sehingga pemahaman para pembaca mengenai topik yang dibahas dalam buku ini menjadi lebih lengkap. Selamat membaca dan menyelami setiap butiran ilmu di dalam buku ini. Apapun yang dirasa bermanfaat semoga dapat diaplikasikan dalam menjalankan roda pendidikan kedepan, dengan begitu pemahaman para pembaca tentang pembahasan dalam buku ini menjadi sempurna. The good life is one inspired by love and guided by knowledge. –Bertrand Russel

Simak ulasan lengkapnya dalam buku Veni Vidi Vici: Seni Guru dalam Menaklukkan Pandemi Karya Azwar Anas


3 komentar:

  1. Karya yang sangat luar biasa Pak Anas, Dimana dengan adanya pandemi Corona tersebut menjadikan kita guru yang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.

    BalasHapus
  2. Sangat Luar biasa pak, menarik untuk di baca..Terus berkarya, ditunggu karya menarik lainnya...

    BalasHapus